Jumat, 14 Mei 2010

V. Lahirnya Ilmu Kalam

Dalam Al-Qur’an kita temui ayat-ayat yang berhubungan dengan usaha bebas manusia dan ada pula yang menggambarkan akan adanya jabr (pemkasaan kehendak) Allah dan masalah takdir. Disamping itu Al-Qur’an juga menuturkan tentang adanya sifat-sifat Tuhan yang membawa kepada tanzih mutlaq, juga terdapat ayat-ayat tentang penyerupaan Tuhan dengan mahkluk (tasybih) dan penyebutan anggota tubuh Tuhan (tajsim).

Menurut Ibnu Khaldun, terhadap berbagai ayat sifat, tasybih dan tajsim para sahabat dan ulama-ulama salaf tidak berselisih dan semuanya menerima dan meng imani tanpa menafsirkannya. Mereka tidak mau menggunakan rasio untuk membahas dan menta’wilkan ayat-ayat mutasyabih tersebut.

Perkembangan selanjutnya muncul pembahasan dan pendapat mengenai takdir, usaha bebas manusia, pelaku dosa besar, membahas sifat-sifat Tuhan, ayat-ayat tasybih dan tajsim dan masalah theologi lainnya. Maka mulai muncul aliran Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar, Aliran Syiah Sabaiyah yang dipengaruhi filsafat inkarnasi tuhan, Aliran Jabariyah yang menafikan ikhtiar bebas manusia, Aliran Qadariah yang menolak takdir Allah, Aliran murjiah yang menyatakan iman cukup dengan keyakinan hati.

Pada tahun 148 H Khalifah Abu Ja’far Al Manshur dari Bani Abbas menderita sakit, semua dokter pribadinya tidak ada yang mampu menyembuhkan sakitnya. Atas saran menterinya kemudian didatangkan dokter yang terkenal dari perguruan Jundishapur George Bakhtishu dan berhasil menyembuhkan penyakit Khalifah, kemudian Khalifah memintanya untuk menjadi dokter pribadi di Istana Khalifah.

Goerge Bakhtishu adalah seorang dokter dan ilmuwan yang luas pengetahuannya dan banyak menulis buku tentang ilmu kedokteran. Dari George Buktishu inilah pihak istana mengenal perguruan Jundishapur dan Khalifah tertarik untuk mendatangkan para ahli ilmu filsafat dari Jundishapur ke Baghdad dan menterjemahkan beberapa buku ilmu pengetahuan Yunani.

Usaha penterjemahan buku-buku Yunani ini terus berlangsung pada pemerintahan Khalifah Al-Mahdi. Pada era Khalifah Harun Al-Rasyid, dikirim delegasi ke Bizantium untuk membeli manuskrip-manuskrip ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu pengetahuan filsafat Yunani yang lainnya. Usaha penterjemahan buku-buku kedokteran dan filsafat tersebut mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al-Ma’mun.

Pada tahun 217 H, Khalifah Al-Ma’mun mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan perpustakaan, pusat penterjemahan, pusat study dan pembahasan ilmu filsafat (meliputi astronomi, fisika, kimia, matematika, ilmu alam, logika) dan kedokteran yang paling “up date” pada jaman itu.

Usaha penerjemahan dilakukan oleh para penterjemah yang termasyhur pada saat itu antara lain :

1. Hunain bin Ishaq (809-873 M), pemimpin Darul Hikmah, seorang Kristen yang menguasai Bahasa Arab, Suryani (Syria) dan Yunani. Ia menterjemahkan 20 buku karya Galen kedalam bahasa Syria dan 14 buku lain kedalam bahasa Arab. Menurut riwayat Hunain mempunyai 90 asisten dan murid dalam kegiatan penerjemahan tersebut.

Karya-karya yang diterjemahkan antara lain, filsafat Galen tentang Risalah tentang Pembuktian (Treatise on Demonstration), Sillogisme Hipotesis (Hypothetical syllogism), Etika (Ethics) dan beberapa komentar Galen terhadap karya-karya Plato seperti Sophist, Parmindes, Cryatylus, Euthydenus, Timaeus, Statesman, Republic, Laws.

Hunain juga menulis beberapa Risalah seperti : Gramatika Bahasa Yunani (Greek Grammar), Risalah Air Pasang (A Treatise on the Salinity of Sea Water), Risalah tentang warna (A Treatise on Colors), Risalah tentang Pelangi (A Treatise on Rainbow).

2. Ishaq bin Hunain (Wafat tahun 910 M) dibantu Hubays keponakan Huain menterjemahkan karya Plato dan Aristoteles seperti Categories, Hermeneutica, Sophist, bagian-bagian dari Timaeus.

3. Sabit bin Qurra (825-901 M), seorang Shabiin, penyembah bintang. Menterjemahkan Physica Aristoteles, Uraian tentang Bintang-Bintang dan pengaruhnya (The Nature of the Stars and Their Influences), Uraian tentang Azas-Azas Etika dan Musik (Principles of Ethics and Music), Almageste karya Euclidus tentang Astronomi.

4. Qusta bin Luqa, seorang Kristen menterjemahkan Ungkapan-ungapan para filosof (The Saying of Philosophers), Perbedaan Roh dan Jiwa (The difference between Soul and Spirit), Risalah tentang atom (A Treatise on the Atom), Pengatar Logika (Introduction to Logic).

5. Abu Bisyr Mata bin Yunus (wafat tahun 939 M), seorang Kristen menterjemahkan karya Aristoteles yaitu : Etegories, Hermeneutica, Analitica Priora dan Analitica Postriora.



Semua Ilmu-ilmu pasti alam terjemahan dari buku-buku Ilmu pengetahuan Yunani itu pada waktu itu semuanya disebut ilmu filsafat dan merupakan ilmu yang dianggap “elit”. Metode ilmiah dan logika berpikir rasional menurut ilmu filsafat Yunani itu disebut dengan metode “scholastic” yang dianggap lebih superior dan bergengsi pada jaman itu.

Sebagian ulama kaum muslimin yang telah mempelajari metode scholastic ala filsafat Yunani akhirnya terpengaruh dalam pola pikir yang rasional, terstruktur, logic dan mengedepankan akal (rasio). Metode scholastik itu banyak digunakan oleh para ahli ilmu kalam untuk menjelaskan dan mempertahankan argumen mereka tentang bahasan-bahasan ilmu kalam yang berseberangan pendapat dengan mereka.



Firman Allah dalam QS An-Nahl : 125 :

“Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan secara bijaksana dan perkataan yang baik dan bantahlah mereka itu dengan jalan yang lebih baik.”



a. Terhadap orang musyrik yang menuhankan benda langit (bintang, bulan, matahari), maka ditolak dengan ayat :

“Ketika malam telah menjadi gelap, Ibrahim melihat bintang, lalu dia berkata : “Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata : “Aku tidak suka kepada sesuatu yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan itu terbit, dia berkata : “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata : “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata : “Inilah Tuhanku, inilah yang lebih besar.” Tetapi setelah matahari itu terbenam, dia berkata : “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan” (QS Al-An’am 76-78).

b. Terhadap yang menuhankan Nabi Isa, maka ditolak dengan ayat :

“Dan ingatlah ketika Allah berfirman : “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia : Jadikanlah aku dan ibuku sebagai Tuhan selain Allah ? Isa menjawab : “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku apa yang bukan hakku mengatakannya” (QS Al-Maidah : 116).

c. Terhadap orang yang menyembah patung-berhala, maka ditolak dengan ayat :

“Dan ingatlah diwaktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar : ‘Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan ? Sesungguhnya aku melihat kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Al-An’am : 74).

d. Terhadap yang tidak percaya kepada hari kiamat dan kehidupan akhirat, maka dibantah dengan ayat :

“Yaitu pada hari Kami gulung langit bagai menggulung lembaran-lembaran kertas, sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama. Begitulah Kami mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, bahwasanya Kami benar-benar akan melaksanakannya.” (Al-Anbiya : 104).

e. Terhadap orang yang menolak adanya takdir, maka mereka termasuk orang munafik berdasarkan ayat :

“Mereka (orang Munafik) berkata : “Apakah bagi kita barang sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini ? Katakanlah : ‘Sesungguhnya urusan itu seluruhnya ditangan Allah. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata : ‘Sekiranya bagi kita ada barang sesuatu atau hak campur tangan dalam urusan ini niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) disini. Katakanlah : ‘Sekiranya kamu ada dirumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah berbuat demikian untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Mengetahui apa yang didalam hati.” (QS Ali-Imran :154).



Pada perkembangan selanjutnya metode scholastik yang rasional itu diterapkan juga dalam pemahaman dalam agama Islam yaitu dalam membahas sifat-sifat Tuhan, dosa besar, takdir, ayat-ayat mutasyabih, tasybih, tajsim dan masalah kemakhlukan Al-Qur’an. Kelompok tersebut dikenal sebagai aliran Mu’tazilah.

Mereka banyak mempelajari buku-buku terjemahan filsafat Yunani, lebih mengedepankan rasio, menguasai ilmu mantiq (logika) dan metode perdebatan versi Aristoteles. Aliran Mu’tazilah ini dikenal suka berdebat dan didukung penuh oleh Khalifah Al Ma’mun.

Sebagian ulama Islam yang mendapat hidayah Allah, lurus hatinya dan benar akidahnya tergugah untuk menghadapi segala pemikiran akidah yang menyimpang (terutama dari kalangan ahli filsafat kaum Mu’tazilah) dan berusaha membela sunnah dan akidah Islam yang benar menurut manhaj salafus saleh menggunakan metode scholastik ahli ilmu kalam dengan keterangan, argumen dan alasan yang terstruktur rapi hingga dapat menjelaskan kepalsuan pemikiran yang menyimpang tersebut. Dengan demikian lahirlah ilmu kalam dan para ulama ahli ilmu kalam.

0 komentar:

geomap

Template by : kendhin x-template.blogspot.com